Sejarah All England
All
England merupakan salah satu dari lima turnamen berlevel
super series premier pada kalender Federasi Bulutangkis Dunia (BWF). Namun, di
mata pencinta bulutangkis maupun pemain, All England kerap dianggap paling
istimewa dibanding turnamen super series lainnya .
Status sebagai turnamen bulutangkis tertua
di dunia mungkin menjadi jawaban mengapa All England dianggap istimewa. Turnamen ini berakar dari sebuah kejuaraan
pertama di dunia yang digelar di Guildford, Inggris, pada 4 April 1899 yang kini
dikenal sebagai All England .
Meski demikian, kisah perjalanan All England tak berjalan mulus. All
England dua kali disetop, saat Perang Dunia I pada 1915-1919 dan Perang Dunia
II pada 1940-1946. Pada 1899 turnamen All England hanya
mempertandingkan tiga nomor, yaitu ganda putra, ganda putri, dan ganda
campuran. Nomor tunggal putra dan tunggal putri baru ditambahkan setahun
berselang .
Para pebulutangkis Inggris mendominasi perhelatan All England hingga
paruh pertama Abad ke-20. Namun, setelah semakin banyak negara lain
berpartisipasi, All England menjadi
lebih kompetitif dan tak lagi didominasi pemain-pemain tuan rumah .
Pertandingan di All England pada masa awal-awal turnamen. (Telegraph)
Hingga 1977, All England menjadi
satu-satunya turnamen bulutangkis di dunia. Namun, pada tahun tersebut BWF
mulai meluncurkan turnamen resmi mereka .
Dengan sejarah yang panjang tersebut, tak heran para pebulutangkis
menganggap All England sebagai turnamen prestisius dan spesial. Bahkan, dari
nominal hadiah uang segar, turnamen ini kalah dari Indonesia Terbuka Super
Series Premier maupun BWF Super Series Final. Namun, nama besar All England
sulit diabaikan oleh para pebulutangkis dunia . Nama besar All England
juga disadari oleh produsen peralatan olahraga, Yonex. Sejak 1984 Yonex menjadi
sponsor eksklusif untuk All England dan bertahan hingga sekarang .
Bagaimana dengan prestasi Indonesia di ajang ini ? Indonesia merupakan
negara tersukses keempat di ajang ini, setelah Inggris, Denmark, dan China.
Sepanjang partisipasi di All England, Indonesia total mengoleksi 43 gelar,
dengan perincian tunggal putra 14 gelar, tunggal putri (4), ganda putra (18),
ganda putri (2), dan ganda campuran (5).
Inggris menempati posisi tertinggi (berkat dominasi mereka di awal-awal
turnamen), dengan total 197 gelar. Adapun Denmark dan China masing-masing
mengoleksi 87 dan 80 titel.
Permain tersukses alias memiliki gelar terbanyak di All England adalah
pebulutangkis tuan rumah, Goerge Alan Thomas, dengan raihan 21 gelar, perinciannya
tunggal putra (4 gelar), ganda putra (9), dan ganda campuran (21). Posisi kedua
ditempati pebulutangkis Irlandia, Frank Devlin, yang mengoleksi 18 titel,
dengan perincian tunggal putra (6 gelar), ganda putra (7), dan ganda campuran
(5).
Perhelatan All England saat ini digelar di National Indoor Arena,
Birmingham. Namun, sebelum 1994, venue All England sudah berpindah sebanyak
tujuh kali.
Berikut
ini venue-venue yang pernah digunakan untuk menggelar turnamen All England :
- HQ of the London Scottish Rifles di Buckingham Gate (1899 - 1901)
- Crystal Palace Central Transept (1902)
- London Rifles Brigade's City Headquarters di Bunhill Row (1903 - 1909)
- Horticultural Hall in Vincent Square di belakang the Army and Navy Stores (1910 - 1939)
- Harringay Arena, North London Stadium (1947 - 1949)
- Empress Hall, Earls Court (1950 - 1956)
- Wembley Arena (1957 - 1993)
- National Indoor Arena, Birmingham (1994 - sekarang)
Sumber :
0 komentar